Seni tradisi, Kentrung Bate asal Desa Bate, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, nyaris punah. Pasalnya, seni yang sarat makna siar kebajikan ini kesulitan mencari generasi penerus. Kentrung Bate yang semula dipopulerkan Kiai Basiman di era zaman penjajahan Belanda tahun 1930-an, masih tersisa tiga orang yang berusia lanjut. Mereka yakni, Mbah Surati (90) sebagai Dalang Kentrung Bate, Mbah Setri (86) penabuh timlung (kentheng) dan Mbah Samijo (88) sebagai penabuh terbang besar (rebana). "Saya tidak tahu siapa yang akan meneruskan ngentrung. Anak-anak sekarang malu melakoni seni kentrung," kata Mbah Surati saat ditemui di rumahnya Desa Bate, Kecamatan Bangilan, Tuban kepada detiksurabaya.com, Rabu (22/10/2008).
Mbah Rati, panggilan perempuan yang penglihatannya sudah buta ini mengaku kesulitan mencari pemain pengganti. Dalam perhelatan seni tradisional bernuansa magis, hanya dimainkan tiga personel. Dirinya pun selain dalang kentrung, juga merangkap sebagai penabuh kendang.
Sementara Mbah Setri dan Mbah Samijo, memegang perangkat irama, sekaligus bertindak sebagai penembang. Praktis tiga pelakon seni yang banyak ditanggap karena nadzar warga masyarakat itu berperan ganda. Sebagai penabuh gamelan dan pelantun syair-syair sarat pesan moral
Saat digelar perhelatan di rumah Mbah Rati, dalam rangka nadzar meminta turun hujan, puluhan warga Desa Bate, baik anak-anak dan orangtua memadati pelataran rumah papan sederhana tanpa plester. Mereka khusuk mengikuti irama tetabuhan kentrung, sekaligus menyimak bait demi bait syair yang dilantunkan Mbah Rati.
Bersamaan itu, 12 pelaku seni kontemporer dari Komunitas Soh dari Desa Sukorejo, Kecamatan Parengan, turut hadir mengikuti perhelatan di tepi tegalan kering. Mereka terlibat ikut meramu irama dengan perangkat rebana.
"Kita membantu Kentrung untuk persiapan festival Kesenian Pantai Utara yang akan digelar di Probolinggo minggu ini," kata Eko Kasmo dari Komunitas Soh saat di lokasi.
Tak hanya Mbah Rati, Mbah Wiji, suami Mbah Rati juga mengaku kesulitan mencari penerus seni kentrung. "Anak cucu saya tidak ada yang mau menggantikan pemain kentrung. Mereka malu melakoni seni tradisional. Tapi mereka justru tak malu kalau disuruh nembang dangdut," kata Mbah Setri yang terhitung masih saudara sepupu Mbah Rati.(fat/fat)
Sumber: detik
Postingan Populer
-
Dari berbagai sumber Senin, 10 September 1984. Seorang oknum ABRI, Sersan Satu Hermanu, mendatangi mushala As-Sa'adah untuk menyita p...
-
Pers merupakan salah satu garda demokrasi. Tingkat demokratisasi suatu bangsa dapat diukur dari kebebasan pers yang dianut sistem sosial k...
-
Masih dalam suasana dirgahayu kota Jakarta yang ke-484, saya ingin memposting mengenai kesenian Lenong Betawi. Kesenian ini mampu bertahan ...
-
Ini adalah daftar video musik yang disensor baik oleh MTV, MTV2, VH1, CMT, BET, Q TV, Juice TV, Fuse, The Box, C4 atau MuchMusic . Termasu...
-
Solo yang dikenal sebagai salah satu kota budaya dan juga sebagai salah satu kota yang sejak dulu menjadi barometer scene underground tanah...
Senin, 20 Desember 2010
Seni Kentrung Yang Nyaris Punah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar