Postingan Populer

Senin, 18 April 2011

Dunia Mencari Cara Atasi Perompak Somalia



TEMPO Interaktif, - Maraknya pembajakan di kawasan Somalia membuat dunia gerah. Saat upaya pembebasan kapal MV Sinar Kudus dan 20 awaknya masih menemui jalan buntu, puluhan negara dunia mencari solusi permanen untuk mengatasi pembajakan.

Sebanyak 50 negara hari ini bakal berdiskusi membahas soal pembajakan dalam konferensi dua hari bertajuk "Tantangan Global, Respons Regional: Peningkatan Pendekatan Bersama atas Pembajakan Maritim". Konferensi ini dihadiri para menteri luar negeri, kalangan industri maritim, dan pakar dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

"Angka perompakan dan pembajakan bersenjata di luar dalam tiga bulan itu mencapai rekor pada kuartal pertama selama ini," ujar Pottengal Mukundan, Direktur Pusat Pelaporan Perompakan International Maritim Bureau (IMB), Sabtu pekan lalu. Menurut data, dalam tiga bulan pertama tahun ini angka pembajakan mencapai 142 kali. Sebanyak 97 serangan terjadi di perairan sekitar Somalia. IMB telah memonitor insiden pembajakan di seluruh dunia sejak 1991.

Sebuah studi teranyar mengungkapkan, perompakan menghasilkan 150 kali lipat dari upah rata-rata di Somalia dan menjadi bisnis multi-jutaan dolar. Para pakar yakin lanun di negeri Afrika Timur itu bisa mendapatkan hingga US$ 79 ribu (Rp 711 juta) setahun. Jumlah itu sangat kontras dengan pendapatan per kapita di Somalia yang cuma US$ 600 (Rp 5,4 juta) setahun.

Dr Peter Middlebrook, Kepala Geopolicity yang juga meneliti pembajakan, mengatakan lanun adalah bagian dari "rantai distribusi rezeki" yang kompleks dari para pendukung finansial ke akuntan dan para dealer senjata. Saat ini kawasan rawan pembajakan di Somalia mencapai 2,5 juta mil persegi laut, meningkat 1 juta mil laut dari dua tahun lalu.

Nilai tebusan juga meningkat. Tahun lalu, total dana tebusan diperkirakan mencapai US$ 238 juta dan diperkirakan menanjak menjadi US$ 400 juta (Rp 3,5 triliun) pada 2015. Total kerugian akibat perompakan bisa hampir dua kali lipat dalam kurun waktu itu--dari US$ 8,3 miliar pada 2010 ke lebih dari US$ 15 miliar pada 2015.

source : http://tempointeraktif.com/hg/afrika/2011/04/18/brk,20110418-328208,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar